Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

Modul 1.4 BUDAYA POSITIF

1.4.a.8. Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

Pada materi Koneksi Antar Materi Modul 1.4. Budaya Positif, peserta Calon Guru Penggerak (CGP) diharapkan mampu menghasilkan kesimpulan berdasarkan materi modul 1.4. Budaya Positif serta kaitanya dengan modul 1.1 sampai 1.3. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara dan Modul 1.2. Nilai-nilai dan Peran Guru Penggerak, dan Modul 1.3. Visi Guru Penggerak

Berdasarkan model Refleksi 4P, saya mencoba menuliskan Koneksi Antar Materi modul 1.4 sesuai dengan pemahaman yang saya pelajari di modul 1.1, modul 1.2, Modul 1.3 dan Modul 1.4 ini.

Koneksi Antar Materi - Modul 1.4

Pada saat mulai mempelajari modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara, saya mulai meng-ingat kembali sewaktu SD. Pada saat saya SD sering menuliskan kalimat ING NGARSA SUNG TULADHA, ING MADYA MANGUN KARSA, TUT WURI HANDAYANI pada kertas karton sebagai tugas kerajinan tangan yang diberikan oleh guru.

Pada modul 1.1. Refleksi Filosofis Pendidikan Nasional - Ki Hadjar Dewantara saya tertarik dengan definisi Pendidikan menurut Ki Hadjar Dewantara bahwa Pendidikan adalah menuntun segala kodrat yang ada pada anak-anak, agar mereka dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi-tingginya baik sebagai manusia maupun sebagai anggota masyarakat.

Setiap anak memiliki kodrat alam dan kodrat zamanya masing-masing sehingga seorang guru harus paham akan hal itu. Kodrat alam dan kodrat zaman inilah yang paling menarik bagi saya, apalagi saat ini perkembangan Teknologi Informasi begitu cepat sehingga guru bukan lagi sebagai sumber ilmu. Tugas guru salah satunya adalah sebagai Penuntun bagi muridnya untuk dapat menggali potensi yang ada pada dirinya, menumbuh kembangkan bakat minat sesuai dengan kodrat alam dan kodrat zamanya masing-masing.

Saya sebagai guru Teknik Komputer dan Jaringan di SMK harus mampu memahami bahwa setiap anak mempunyai kodrat alam yang berbeda sehingga memiliki perilaku, sifat, sikap dan motivasi yang berbeda berdasarkan lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat di mana murid berada.

Sebagai seorang guru saya harus menuntun murid-murid saya dalam memilah dan menyaring informasi yang masuk sesuai dengan fase belajar murid. Tuntunan sebaik apapun, apabila tidak mempertimbangkan kodrat alam yang sesuai, maka murid akan sulit untuk dapat menggali bakat minat yang dimilikinya.

Kemudian setelah mempelajari modul 1.3 Visi Guru Penggerak, saya mendapatkan pemahaman baru lagi terkait dengan tugas saya sebagai guru Teknik Komputer dan Jaringan. Pemahaman baru pada modul 1.3 Visi Guru Penggerak salah satunya adalah pembelajaran yang berpihak pada murid, oleh karena itu ketika saya mengajar harus lebih memahami bakat dan minat yang dimiliki murid.

Pada Modul 1.4. Budaya Positif saya mendapatkan pemahaman bagaimana menciptakan budaya positif di sekolah saya. Hukuman terhadap siswa yang melakukan pelanggaran memang sudah menjadi budaya yang masih diterapkan sejak kita sekolah dulu. Setelah mempelajari modul 1.4. Budaya Positif saya berusaha menerapkan pemahaman dari modul 1,1, 1.2, 1.3, dan Modul 1.4 dalam pembelajaran di kelas maupun di luar kelas.

Dalam melakukan pembelajaran yang berpihak pada murid, saya memberikan projek individu maupun kelompok sesuai dengan materi pembelajaran. Projek antara siswa satu dengan lainya bisa berbeda, tergantung dari bakat minat yang dimiliki anak, tetapi masih dalam batas- batas yang ditentukan berdasarkan pokok bahasan materi pembelajaran.

Karena projek antar siswa bisa berbeda maka saya harus berkolaborasi dengan guru mata pelajaran lain, wali kelas, serta orang tua murid terkait dengan alat dan bahan, serta waktu untuk mengerjakan projek tersebut. Selain berkolaborasi dengan guru lain, wali kelas, dan wali murid saya juga berkolaborasi dengan Dunia Usaha dan Dunia Industri (DU/DI) dengan harapan bahwa materi pelajaran yang saya sampaikan selaras dengan kebutuhan DU/DI

Keterkaitan antara modul 1.1, modul 1.2, modul 1.3, dan modul 1.4 yang saya pahami adalah guru seharusnya mampu menerapkan pembelajaran yang berpihak pada murid dengan cara menuntun murid-murid untuk dapat menggali potensi-potensi yang ada pada murid yang masih terpendam seperti teori gunung es, sehingga murid-murid mampu menemukan dan mengembangkan bakat minat yang dimilikinya. Selain itu, guru juga dapat menerapkan segitiga restitusi dalam menghadapi permasalahan yang terjadi pada muridnya

Bakat dan minat yang dimiliki oleh murid harus di gali dan diselaraskan dengan kebutuhan DU/DI sehingga kelak murid bisa bersaing secara sehat di Dunia Kerja maupun dalam berwirausaha.

Pada modul 1.4 Budaya Positif, pengetahuan saya semakin banyak bertambah. Pada modul ini saya mempelajari hal baru yaitu mengenai Budaya Positif di sekolah.

Perlunya Pengembangan Budaya Positif di Sekolah

Dengan budaya positif akan menciptakan rasa aman, nyaman, santai, tidak tertekan pada dalam kegiatan pembelajaran. Sehingga hal ini akan mendorong peserta didik semakin kreatif, inovatif, bertanggung jawab serta mandiri.

Refleksi Pertanyaan Pemahaman Atas Keseluruhan Materi Modul Budaya Positif

Sejauh manakah pemahaman anda tentang konsep-konsep inti yang telah telah anda pelajari di modu ini:

Disiplin Positif

Disiplin positif merupakan pendekatan mendidik peserta didik untuk melakukan kontrol atau dorongan dan pembentukan kepercayaan diri.

Nilai Kebajikan dan Keyakinan Kelas

Memulai membuat peraturan atau keyakinan mengenai nilai nilai kebajikan mulia seperti menghormati, menghargai, tolong menolong, kerjasama, mandiri, kreatif, peduli.

Posisi Kontrol

Posisi kontrol dalam menyelesaikan beberapa kasus yang sering terjadi di sekolah. Posisi kontrol tersebut yaitu (1) pemberian hukuman, (2) membuat rasa bersalah, (3) teman (4) pemantau, (5) manajer.

Kebutuhan Dasar

Lima kebutuhan dasar hidup yaitu (1) kasih sayang, (2) rasa diterima, (3) penguasan, (4) kebebasan, dan (5) keseangan.

Segitiga Restitusi

Beberapa tahap Restitusi yaitu (1) menstabilkan identitas, (2) validasi tindakan yang salah, (3) menanyakan keyakinan.

Perubahan yang terjadi pada cara berpikir untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun sekolah

Dari materi yang sudah saya pelajari dan telaah, saya pribadi bepikir bahwa untuk menciptakan budaya positif di kelas maupun disekolah harus melibatkan siswa dalam merencanaan hingga melaksanakan budaya positif dengan harapan mewujudkan kelas atau sekolah yang aman dan nyaman berdasarkan keyakinan kelas atau sekolah yang kita yakini bersama.

Perubahan lainnya bahwa posisi kontrol yang saya lakukan selama ini sebagai penghukum atau pembuat bersalah ternyata kurang tepat untuk mewujudkan disiplin. sehingga saya perlu merubahnya menjadi posisi kontrol manajer dan menerapkan segitiga restitusi di kelas ataupun disekolah saya.

Pengalaman yang pernah saya alami terkait penerapan konsep konsep inti dalam modul budaya positif baik di lingkup kelas mapun sekolah saya.

Pengalaman yang saya alami dalam penerapan konsep modul budaya postif ini yaitu pada saat saya mempunyai keinginan untuk menyelesaikan permasalahan pelanggaran yang telah dilakukan oleh peserta didik yaitu saya meletakkan posisi saya sebagai manajer terkadang sikap saya berbenturan dengan budaya sekolah yang terbiasa menghukum siswa sebagai langkah ampuh selama ini untuk membentuk disiplin peserta didik .

Maka dari itu, saya memerlukan pendekatan khusus dalam mensosialisasikan hal ini kepada teman sejawat.

Perasaan saya mengalami hal budaya sekolah yang selalu memberikan hukuman kepads peserta didik.

Perasaan saya lebih tertantang untuk mengimplementasikan posisi sebagai pendidik sebagai menejer dan menerangkan segitiga restitusi dalam meyelesaikan beberapa kasus indisiplioner peserta didik. Karena dengan menempatkan kepada peserta didik untuk melatih mempertanggungjawabkan perilaku dan mendukung menemukan solusi atas permasalahannya.

Saya merasa tertantang untuk menyusun strategi dalam mensosialisasikan konsep budaya positif kepada rekan sejawat agar dapat berkolaborasi melakukan perubahan budaya positif di kelas maupun sekolah sebagai salah satu wujud menuju sekolah ke arah profil pelajar pancasila.

Pengalaman yang sudah ada dan perlu dikembangkan dalam penerapan konsep budaya positif di sekolah yaitu :

Menurut saya sekolah saya sudah menerapkan konsep budaya positif dan disiplin positif, dan yang perlu dikembangkan dan dibangun lagi yaitu nilai nilai kebajikan serta keyakinan kelas bersama dengan pihak peserta didik.

Yang perlu dikembangkan dan diperbaiki yaitu posisi kontrol kita yang selama ini cenderung sebagai penghukum dan pembuat merasa bersalah harus beralih ke posisi kontrol sebagai seorang manajer.

Sebelum mempelajari modul ini, ketika berinteraksi dengan murid, berdasarkan 5 posisi kontrol, posisi manakah yang laing sering anda pakai dan bagaimana perasaan anda saat itu? setelah mempelajari modul ini posisi apa yang anda pakai dan bagaimana perasaan anda sekarang apakah perbedaannya?

Sebelumnya saya menggunakan posisi kontrol sebagai penghukum dan pemantau dalam menyelesaikan permasalahan. Pada saat itu perasaan saya adalah saya sudah benar dengan tindakan saya berikan kepada peserta didik walupun hasil yang saya harapkan kadang berhasil ataupun gagal dan kadang terulang kembali.

Tetapi setelah saya mempelajari modul ini saya mencoba menggunakan posisi kontrol sebagai manajer dengan menerapkan segitiga restitusi, saya menjadi lebih bangga dengan tanggapan dan hasil yang dirasakan peserta didik kita. Karena setelah saya menerapkan segitiga restitusi peserta didik lebih menunjukan rasa tanggung jawab yang tinggi dan dapat memperbaiki kesalahan sendiri dengan baik.

Sebelum mempelajari modul ini pernahkan anda menerapkan segitiga restitusi ketika menghadapi permasalahan peserta didik anda? kalo iya tahap mana yang anda praktikan dan bagaimana anda mempraktikannya?

Sebelumnya sudah saya saya lakukan tetapi pada waktu itu saya belum menyadari hal yang saya lakukan itu Restitusi dalam pelaksanaannya restitusinya tidak secara utuh (bertahap) kadang hanya menyetabilkan dan kemudian menghukum.

Tahapannya yaitu

Menstabilkan identitas dan validasi tindakan yang salah saya belum sampai menanyakan tahap keyakinan karena sebelumnya tidak tahu bahwa tahap keyakinanlah hal yang sangat penting, malah yang saya lakukan memberikan hukuman atas dasar kesalahan yang dibuat oleh peserta didik.

Selain konsep -konsep yang disampaikan dalam modul ini adakah hal -hal lain yang menurut anda penting dipelajari dalam prosses menciptakan budaya positif baik dilingkungan kelas ataupun sekolah

Hal yang menurut saya sangat penting untuk memujudkan budaya positif yaitu adanya KOLABORASI ATAU KERJASAMA yang baik semua warga sekolah maupun stakehoder yang ada di kelas maupun sekolah serta SARANA PRASARNA sekolah yang mendukung.

Kerja sama seluruh warga sekolah dalam mewujudkan nilai-nilai kebajikan diperlukan agar dapat membangun budaya positif sekolah secara terus menerus (jangan berhenti di tengah jalan).

SARANA PRASARANA sekolah dapat sangat menunjang untuk mewujudkan sekolah yang nyaman, aman, dan mendukung proses pembelajaran yang menyenangkan.

BLOG'E WASITO
BLOG'E WASITO Hanya seorang "Pembelajar"

No comments for "Koneksi Antar Materi - Modul 1.4"